Review Novel Norwegian Wood oleh Haruki Murakami

Novel Norwegian Wood Terjemahan Bahasa Indonesia. 

Ada yang menarik ketika kita membaca gerak-gerik dan cara interaksi orang-orang pada settingan tahun akhir 60-an dan awal 70-an. Seperti novel ini. Tentunya hidup saat itu tidak seinstan hidup zaman sekarang walau telepon sudah ada tapi budaya surat menyurat masih sangat mengambil peran.
Tokoh protagonis novel ini bernama Toru Watanabe, yang kelihatannya tidak siap memasuki usia 20 tahun pada tahun 1969. Walaupun dia akan semakin bebas tapi di sisi lain dia sadar kalau kehidupan dewasa sarat dengan masalah dan depresi.
Pada usai belasan ketika duduk di sekolah menengah, sahabatnya Kizuki tanpa tanda-tanda dan pesan mengakhiri hidupnya. Selama hidup Kizuki memiliki 2 orang penting yaitu Toru Watanabe sahabatnya dan Naoko kekasihnya.
Hal yang menghubungkan Naoko dan Watanabe tentunya Kizuki. Dimata Watanabe Naoko adalah peninggalan Kizuki yang paling berharga begitupun sebaliknya di mata Naoko, Watanabe adalah peninggalan Kizuki yang paling berharga. Seharusnya yang mengetahui motif bunuh diri Kizuki adalah mereka tapi mereka sama sekali tidak tahu dan itu membuat keduanya merasa gagal. 
Saat lulus Toru Watanabe meninggalkan kampung halamannya untuk menempuh pendidikan di salah satu Universitas di Tokyo begitupun Naoko. Saat itu mereka berusia kira-kira 18 tahun. Babak kehidupan transisi dari usia belasan menuju 20 tahun berlangsung saat mereka di Tokyo. Kehidupan malam, seks bebas, alkohol mewarnai kehidupan Toru Watanabe. Kebiasaan ini membuatnya mengalami kesulitan karena dia tinggal di asrama mahasiswa yang cukup disiplin. 
Dia dan Naoko masih sering bertemu dan keduanya saling jatuh cinta karena alasan tadi, bagi Watanabe, Naoko adalah peninggalan berharga Kizuki begitupun sebaliknya. Saat Ulang Tahun Naoko yang ke-20 Toru Watanabe berduaan dengan Naoko di Apartemen Naoko. Mereka berhubungan dengan canggung dan rasanya berbeda saat Watanabe melakukannya dengan gadis-gadis lain. 
Setelah Kizuki, kakak Naoko juga bunuh diri dan Naokopun mengalami guncangan mental yang membuatnya harus menjalani terapi mental di temapt rehabilitasi di sebuah pedesaan di luar Tokyo. Toru Watanabe sering berkirim surat dengan Naoko dan mengunjunginya beberapa kali. Di tempat rehabilitasi Naoko berteman dengan seorang musisi wanita pertengahan 30-an yang juga menjadi akrab dengan Toru Watanabe.
Ada wanita lain yang mampir dalam hidup Watanabe yaitu Midori. Gadis yang nyeleneh, berpikiran bebas, tomboy tapi pintar memasak. Kehidupan keluarga Midori sangat berliku-liku namun cara pandang Midori terhadap segala hal selalu dapat mengubah tragedi menjadi komedi. Itulah yang istimewah dalam diri Midori yang membuat Watanabe terkesan.
Tokoh lain yang menarik dalam Novel ini adalah Nagasawa San senior Watanabe yang cerdas namun memiliki pergaulan malam yang bebas. Dia merupakan paradoks dari kebanyakan laki-laki yang hedonis dan tidak punya jejak akademis yang bagus. Itulah yang membuat Watanabe kagum dan selalu mempertahankan hubungan pertemanannya dengan Nagasawa-san.
Lalu apa yang menarik dari Novel ini? 
Pertama, judul Novel ini diambil dari lagu The Beattles dengan judul yang sama Norwegian Wood. Lirik norwegian wood itu sangat abstrak ditambah lagi nada dan musikalnya seolah membawa kita dalam ketersesatan. Jhon Lenon saat menulis lagu ini mengalami hubungan yang mengambang dengan seorang wanita (bukan yoko). Lagu Norwegian Wood dalam novel adalah lagu kesukaan Naoko. Saat di pusat rehabilitasi teman kamarnya Reyko San suka memainkan lagu itu termasuk saat Toru Watanabe berkunjung. Lagu itupun semakin menenggelamkan Watanabe ke dalam ketersesatan perasaannya terhadap semua hal, dan yang paling menyita diantara semua hal itu adalah Naoko! Kedua mungkin Midori!
Kedua, saya bingung mengapa saya suka novel tebal dengan alur sederhana ini. Dramatis? Mungkin. Karena setidaknya ada 4 orang yang bunuh diri dalam novel ini. Kizuki, Kakak Naoko, Hatsumi, dan terakhir adalah Naoko sendiri. Tapi Murakami tidak menggambarkan proses bunuh diri itu secara deatail. Boleh dikata dengan sembarangan. Yang digambarkan secara detail justru dampaknya terhadap orang-orang yang ditinggalkan. Haruki Murakami mungkin seorang seniman kata-kata sehingga sanggup mengubah setiap gerak dan tutur yang sebenarnya remeh menjadi lebih berseni. Ibaratnya Haruki Murakami membuat sesuatu dari material biasa menjadi bentuk dengan nilai jual setara dengan emas. Contohnya saat Watanabe bercakap dengan Midori tentang semut atau saat Reyko San menagatakan alasannya pada Watanabe mengapa dia harus melapor ke pemilik rumah bahwa dia akan menginap di kamar Watanabe. Susunan katanya apik!
Ketiga, sebagai generasi yang merasakan demam gadget selama lebih dari satu dekade saya sangat terkesan dengan interaksi manusia pada akhir tahun 60an dan awal 70an dalam novel ini. Walaupun telepon sudah ada tapi sepertinya surat menyurat masih memegang peranan penting. Hubunga manusia jauh dari kata instan. Karena untuk menulis satu surat mereka mengambil waktu yang tepat dan gambaran perasaan mereka menjadi dalam. Proses pengirimannya juga memakan waktu karena itu selembar surat sangat berharga untuk yang menerimanya. Belum lagi ada teori yang mengatakan kalau tulisan tangan itu punya kekuatan tersendiri. Karena Pager, Hp, Internet, dan Gadget belum ada saat itu, manusia punya sedikit pilihan aktivitas. Oleh sebab itu mereka bisa konsen pada satu hal. Contoh kecilnya Watanabe yang suka merapikan taman dan menata kamarnya, kuliah dan masih menyempatkan waktu untuk bekerja paruh waktu.
Keempat, karena terlalu banyak orang yang mati dalam novel ini membuat saya prbadi semakin menyadari segala yang fana dari kehidupan. Tidak ada yang perlu diseriusi.
Sekian-

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel